PARAGRAF DEDUKTIF
NILAI TUKAR RUPIAH TERUS MENURUN
Saat ini, nilai tukar
Rupiah terus mengalami penurunan dan berada dalam posisi yang
mengkhawatirkan. Pasalnya, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS saat ini menembus
angka diatas Rp.11.000 per dollar AS, nilai Rupiah pun diklaim sebagai nilai
tukar terburuk se-Asia. Menurut I Kadek Dian Sutrisna Artha (dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI)) menurunnya niali tukar Rupiah terhadap
Dollar disebabkan oleh beberapa faktor .
Inflasi merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan anjloknya nilai tukar Rupiah. Akibat naiknya tingkat
rata-rata harga para investor pun enggan menanamkan modalnya di
Indonesia. Defisitnya neraca pembayaran (pembukuan yang menunjukkan aliran
pembayaran yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri lebih kecil
dibanding dari dalam negeri ke negara-negara lain) menjadi faktor utama
penyebab anjloknya nilai tukar. Tidak hanya berasal dari suplai dollar AS,
tetapi juga terkait faktor kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia
.Kemudian menurunnya tingkat ekspor dikarenakan harga komoditas ekspor yang
anjlok dan terlebih lagi kebiasaan masyarakat kita yang lebih menyukai
barang-barang impor memicu terjadinya aksi jual saham yang terus terjadi.
Dari sisi eksternal faktor
yang menyebabkan turunnya nilai tukar Rupiah adalah akibat kebijakan bank
sentral AS yang mengurangi stimulus moneter. Hal tersebut juga yang
mengakibatkan terjadinya aksi jual saham sehingga semakin sedikit sekali
investor yang tertarik untuk membeli saham di Indonesia.
Menurut kadek solusi yang
tepat yang dapat dilakukan adalah dengan cara meredam tingkat Inflasi dan
mengefektifkan pengeluaran pada sektor produktif untuk belanja modal.
Sumber :
PARAGRAF INDUKTIF
KONDISI
EKONOMI INDONESIA SEKARANG BERBEDA DENGAN KRISIS 2008
Saat krisis tahun 2008
Indonesia mengalami krisis ekonomi akibat dari anjloknya Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat yang menembus angka Rp.12.000 per dollar AS. Namun pada saat ini nilai
tukar Rupiah terperangkap di angka Rp.11.000 per dollar AS .Kondisi ekonomi pun
menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik. Perubahan kebijakan moneter di negara
adikuasa, misalnya Amerika Serikat mempengaruhi kondisi ekonomi
Indonesia.
Pemerintah pun mulai
mengantisipasi keadaan tersebut dengan cara memberikan penjelasan kepada para
pelaku pasar modal agar tidak terlalu khawatir dengan kondisi tersebut. Para
pelaku pasar pun merespon positif kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah
untuk meredam masalah tersebut, namun mereka menginginkan langkah yang lebih
baik dari kebijakan moneter.
Menurut Bambang Brodjonegoro
(Pelaksana Tugas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan) ,kondisi ekonomi
saat ini lebih baik ,dilihat dari sektor perbankan pun tidak ada bank yang
dikategorikan sebagai bank sakit.
Pemerintah meyakini bahwa kondisi ekonomi yang saat ini terjadi di
Indonesia berbeda dengan krisis yang terjadi pada tahun 2008. Namun
dengan kondisi tersebut bukan berarti pemerintah bisa bersantai ,pemerintah
harus tetap waspada dan dapat melakukan langkah-langkah antisipasi yang dapat
menenangkan keadaan pasar
Sumber :
ARINI VONA R
21211161 3EB18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar